Idealnya, wanita berhias dengan make up malu agar kehormatannya tetep terjaga. Namun sayang, sekarang kita Ibisa saksikan hal itu tinggal kenangan saja sejak mereka tertipu dengan propaganda emansipasi yang menyesatkan.
Ide emansipasi telah memutus urat malu para wanita. Sehingga mereka terhasut untuk keluar dari rumah demi mencari kerja, meraih eksistensi demi menyaingi kaum lelaki. Mereka yang telah termakan propaganda emansipasi, meneriakkan bahwa kaum lelaki telah melakukan monopoli, menzhalimi hak kaum wanita, wanita dipasung dengan kewajiban-kewajibannya.
Selanjutnya, Islam dijadikan tempat tuduhan yang empuk dengan berbagai macam propaganda penuh kedustaan yang seakan mengajari ummatnya untuk menzhalimi kaum wanita. Padahal tidaklah demikian, bahkan Islam menjunjung tinggi hak para wanita. Sebagai solusinya, mereka menawarkan emansipasi, feminisme dan meninggalkan Islam.
Akibatnya, kaum wanita kini dipermainkan kehormatannya, dan dijadikan barang murahan dengan iming-iming maya dan pujian semu lagi menipu. Kondisi paling nyata dalam sejarah kaum feminis, menempatkan kaum wanita sebagai “bintang” (baca: binatang) dalam TV, majalah, koran atau tabloid dengan penampilan buka-bukaan dan memancing birahi hewani. Hal itu berbeda dengan Islam. Semenjak Islam diturunkan dan hingga diterapkan dalam bentuk system syariah dalam naungan khilafah, Islam telah memuliakan perempuan.
Mari kita tengok: “Akan tetapi kaum lelaki (para suami), mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada kaum wanita (istrinya).” (QS. Al-Baqarah: 228) “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas ra bahwa ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan para wanita: “Mengapa dalam Al-Qur’an disebutkan para laki-laki sementara para wanita tidak?” Maka turunlah ayat ini. Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz ra berkata: “Kami pernah bersama nabi SAW dalam peperangan, kami bertugas memberi minum para prajurit, melayani mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke Madinah.” Ummu Haram ra, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra , dimana ia berkata: “Nabi SAW bersabda: “Sejumlah orang dari ummatku menawarkan dirinya sebagai pasukan mujahid fi sabiliLLAH. Mereka mengarungi permukaan lautan bagaikan raja-raja di atas singgasananya.”
Lalu tiba-tiba Ummu Haram ra berkata: “Ya RasuluLLAH, doakan saya termasuk diantara mereka itu.” Lalu Nabi SAW mendoakannya…” Rasulullah saw. membuat empat garis seraya berkata: “Tahukah kalian apakah ini?” Mereka berkata: “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Nabi SAW. lalu bersabda: “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad saw., Maryam binti ‘Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak ash-Shahihain 2:497)
Sabda Rasulullah saw. yang lain: “Takutlah kepada Allah dan hormatilah kaum wanita.” (HR Muslim) Driser, hanya dengan bercermin kepada Islam kaum wanita bisa meneladani pribadi-pribadi wanita terhormat dalam hadits di atas. Dan tentu saja hanya dengan penerapan Islam sebagai aqidah dan syariat dalam mengatur kehidupan yang bakal menuntaskan berbagai problem masyarakat saat ini seperti yang dialami kaum hawa. Maka adalah salah besar, jika ada yang ngomong sembarangan, menuduh Islam tidak memuliakan perempuan. Mana buktinya coba?! (LBR)