Penghinaan terhadap Nabi Saw oleh musuh-musuh Islam kembali terulang untuk kesekian kalinya. Kali ini muncul sebuah film berjudul “Innocence of PMuslims” garapan Sam Bacile, Sutradara asal Israel yang kini tinggal di California, Amerika Serikat. Bacile menjelaskan, film berdurasi dua jam ini telah menghabiskan biaya produksi US$ 5 juta (Rp 48 miliar).
Seluruh dana tersebut ditanggung renteng oleh lebih kurang 100 donatur Yahudi. Dalam film tersebut, Bacile menggambarkan Nabi Muhammad adalah seorang penipu, hidung belang, dsb. (lihat: tempo, 12/09) Berbagai aksi demonstrasi dilakukan oleh banyak kalangan kaum muslim untuk mengecam film ini. Di Libya bahkan sampai jatuh korban jiwa, yaitu Dubes Amerika Christopher Stevens. Belum reda kemarahan kaum Muslimin dunia atas dibuatnya film Innocence of Muslims yang menghina Rosulullah, kini giliran salah satu majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo yang menghina Rosulullah dengan membuat serta memuat gambar karikatur yang sangat menghina Rosul.
Pada tahun 2011 lalu, mereka juga mempublikasikan edisi tentang pergolakan politik di sejumlah negara Arab dengan memajang gambar Nabi Muhammad di sampul, sehingga memicu kemarahan kaum muslim yang berefek pada dibomnya kantor majalah mingguan tersebut. Berlindung dibalik ‘kebebasan berbicara’ dalam alam demokrasi, musuh-musuh Islam berteriak lantang bin provokatif menyuarakan kebenciannya terhadap ajaran Islam. Padahal, para pemuja demokrasi ini pun sering kali bersikap munafik alias berstandar ganda. Untuk menghina Nabi mereka menggunakan senjata ‘kebebasan berbicara’ agar aksi penghinaan mereka menjadi legal. Sementara ketika kaum muslim berbicara lantang tentang kebobrokan demokrasi dan kejahatan negara-negara imperialis, pintu kebebasan berbicara tertutup rapat bagi mereka.
Rezim-rezim demokrasi itu membungkam orang-orang yang mengungkap borok-borok demokrasi. Aksi penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang terus berulang nunjukkin kalo musuh-musuh Islam melihat kaum muslim berada di posisi yang amat lemah. Hal yang bertolak belakang justeru pernah terjadi pada saat kaum muslim masih berada dalam satu naungan Negara Islam yaitu pada masa kekhilafahan Utsmaniyah. Pada saat itu Perancis dan Inggris hendak mementaskan drama karya Voltaire, yang menghina Nabi Muhammad saw.
Kemudian khalifah yang sedang berkuasa saat itu Khalifah Abdul Hamid II memberikan ancaman keras terhadap Inggeris bahwa ia akan mengobarkan jihad melawan Inggeris apabila pementasan drama yang menghina nabi itu tetap diselenggarakan yang akhirnya Inggeris menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Nabi Muhammad tetap terjaga. Driser, disinilah urgensitas bersatunya kaum muslimin di dalam satu naungan kekhilafahan.
Negara Islam yang menerapkan hukum Islam secara total dan pastinya bakal menjaga kehormatan Nabi, Islam dan kaum muslimin di seluruh dunia. Rasul saw bersabda, “Sesungguhnya imam itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Muslim). Hanya khilafah yang bisa melindungi umat Islam dan menjaga kehormatan ajaran Islam. Ayo bergerak! [Isa]
5
4