rokok, benda satu ini masih jadi perdebatan sengit, ciee… perdebatan sengit, kayak acara teve aja. Yup, baik dari sisi Rkesehatan, hukum agama, hingga identitas yang menyertainya. Kalangan medis berpendapat, rokok adalah biang racun. Ulama ada yang berpendapat, merokok itu makruh hingga haram.

Tapi bagi kaum Adam, rokok itu masih ditasbihkan sebagai simbol kejantanannya. Meski ada kaum hawa yang mungkin ngasih nilai lebih jika kelak calon suaminya bukan perokok. Karena yang mereka harapkan dari suaminya kelak adalah konsistensinya menjaga agar dapur tetep ngebul, bukan mulut yang ngebul! Wkwkwk….! Rokok itu cowok banget? Mungkin ada yang pernah bersoloroh, kalo cowok nggak merokok itu banci. Soalnya, opini yang dikampanyekan iklan rokok selalu menempelkan sifat macho, jantan, petualang, tangguh, cool, calm, confident dan seabrek sifat kelelakian lainnya.
Walhasil, rokok itu selalu identik dengan makhluk yang berjenis kelamin cowok. Makanya kalo ada pejantan gak ngebul tuh bibirnya, dianggap bences. Segitunya ya, padahal mah faktanya gak juga. Karena sekarang nggak sedikit cewek yang juga merokok. Bahkan cowok jadi-jadian alias banci atau cewek jelmaan alias waria, banyak juga yang doyan ngudud. Jadinya jelas banget kalo merokok atau nggak ada kaitannya dengan gender alias jenis kelamin. Karena merokok itu suatu perbuatan yang bisa dipilih siapapun untuk dikerjakan atau nggak.
Entah itu oleh cowok atau cewek. Kalo pun sikap kelelakian yang selalu digambarkan dalam iklan tembakau giling itu seolah milik cowok, itu cuman kerjaan para produsen dan tukang bikin iklan aja. Biar produknya laku. Mereka menjual gengsi, bukan produk rokok yang cenderung kontroversi. Karena nggak setiap perokok itu cowok jantan bin pemberani. Sebaliknya, cowok yang nggak merokok bisa jadi lebih jantan dan pemberani. So, rokok itu cowok banget?
Itu mitos palsu. Apa alasanmu merokok? Sigmund Frued, pakar psikoanalisis Barat ini pernah bilang “merokok adalah salah satu kesenangan yang paling hebat dan paling murah dalam hidup” . Pernyataan freud ini perlu dikoreksi, karena faktanya semakin kesini, harga rokok bukan semakin murah. Tapi itu pun nggak membuat para perokok jera untuk menikmati rokok. Dan kalo bener merokok itu salah satu bentuk kesenangan, maka bisa dipastikan bahwa para perokok itu merokok just for fun.
Apalagi kalo kita mau jujur, apa sih yang didapatkan dari rokok? Rokok itu nggak bisa dikategorikan makanan, karena memang faktanya nggak mengenyangkan. Dia hanya berisi asap yang dihirup lalu dikeluarkan lewat hidung atau mulut, hanya itu aja. Kalo pun ada yang membuat puas perokok ketika menikmati rokok adalah rasa gengsi, keren, gentle, mungkin itu aja alasan yang tersisa. Maka pertimbangkan dengan baik, apa alasan kita bertahan menjadi perokok?
Jika itu sebuah perbuatan, maka para ulama juga sudah banyak mengkategorisasikan hukum rokok dalam Islam. Ada ulama yang menghukumi mubah ada juga yang makruh, bahkan ada yang mengatakan haram. Tidak perlu bicara lagi untung-rugi dari merokok. Sebagai muslim pertimbangan kita adalah hukum atau syariat. Jika sudah ada yang menghukumi haram, atau makruh, maka segera saja tinggalkan. Kalo pun merokok itu bersatus sebagai sebuah perbuatan mubah, maka merokok adalah perbuatan yang sia-sia. Dan kalo itu perbuatan yang sia-sia, perhatikan sabda Nabi saw.
“Di antara ciri kebaikan seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi)
Tapi ingat ya, kalo pun kita meninggalkan rokok bukan karena ada untungnya, biar disukai cewek, itu salah besar. Bagi kaum cowok ninggalin merokok bukan karena cewek, bisa batil niatnya. Tapi meninggalkan atau tidak merokok, bener-bener karena Allah. Kalo masih aja ada yang ngeyel, sambil bilang “mana bisa ninggalin rokok”. Maka dengan berani bin tegas, kita katakan bahwa ini hanya soal pilihan saja. Mau atau tidak, bukan bisa atau tidak. Catet itu! [LBR] *