Meski makna secara bahasa “arti” waktu sama bagi setiap orang berbeda. Karena, setiap orang punya kegiatan masingmasing dalam mengisi dan memanfaatkan waktunya. Ada yang asyik memadati waktunya dengan aktivitas having fun. Nongkrong, dugem, hang out, atau nonton konser musik.
Nggak sedikit juga yang pake waktunya buat belajar, ngaji, kerja, atau aktif di lembaga sosial. Atau kombinasi keduanya. Bagaimana dengan para shahabat? Lets cekidot Sebelum menemui ajalnya, khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA. pernah memanggil Umar ibn al-Khaththab RA lalu menyampaikan wasiat kepadanya.
“Wahai Umar, Allah itu mempunyai hak (diibadahi) pada siang hari yang Dia tidak menerimanya di malam hari. Sebaliknya, Allah Swt juga mempunyai hak (diibadahi) pada malam hari yang Dia tidak mau menerima di siang hari. Ibadah sunnah itu tidak diterima sebelum ibadah wajib itu dilaksanakan.”
Wasiat Abu Bakar tersebut menyadarkan Umar bahwa rotasi waktu itu penuh nilai dan harus dimaknai sedemikian rupa, sehingga manusia tidak merugi dalam hidupnya. Umar melihat pesan Abu Bakar tersebut sebagai isyarat pentingnya manajemen waktu dalam memimpin umat. Menurut Yusuf alQaradhawi, pesan Abu Bakar tersebut mengandung arti bahwa sebagai calon khalifah,
Umar harus bisa membagi waktu: kapan harus menunaikan kewajibannya kepada Allah SWT, kewajiban kepada rakyatnya, dan kewajiban kepada dirinya sendiri. Saking pentingnya waktu, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah mengingatkan, menyianyiakan waktu (idha’atul waqti) itu lebih berbahaya daripada sebuah kematian, karena menyia-nyiakan waktu itu dapat memutus hubungan engkau dengan Allah dan akhirat.
Sedangkan kematian hanya memutusmu dari kehidupan dunia dan keluarga saja. Orang yang menyia-nyiakan waktu akan kehilangan kesempatan untuk berinvestasi bagi kehidupan akhiratnya. Oleh karena itu, Ibn Mas’ud ra pernah berkata: “Aku tidak menyesali sesuatu selain kepada hari yang mataharinya telah terbenam dan umurku berkurang, tetapi di hari itu amalku tidak bertambah.”
Kalo kita mau meraih kesuksesan dunia akhirat, sudah pasti kita mesti melek manajemen waktu. Sayangnya, banyak orang terlena dan mengabaikan nilai waktu. Waktu berlalu tanpa makna dan amal shaleh. Tidak sedikit temen-temen kita yang banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, bermain-main, dan berleha-leha. Just having fun. Dalam memanajemeni waktu,
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: “Siang dan malam itu bekerja untukmu, karena itu beramallah dalam keduanya.” Sebagai manifestasi dari aplikasi manajemen waktu, ketika diamanahi sebagai khalifah, Umar bin al-Khaththab pernah memberikan nasehat kepada Abu Musa al-Asy’ari: “Pemimpin yang paling bahagia menurut Allah SWT adalah orang yang mampu membuat rakyatnya bahagia. Pemimpin yang paling menderita menurut Allah adalah pemimpin yang membuat rakyatnya sengsara.
Hendaklah engkau tidak melakukan penyimpangan, sehingga engkau dapat menyimpangkan para pekerjamu, tak ubahnya engkau seperti binatang ternak.” Ngurus umat yang segitu banyaknya, nggak mungkin bisa kelar dan berlaku adil kalo pemimpinnya tak pandai memanajemen waktu yang efisien dan efektif.
Biar waktu tetep bermutu, kata kuncinya adalah disiplin dan penyegeraan penyelesaian kewajiban, tugas, dan pekerjaan. Jangan ditunga-tunda dan nggak pake lama. Untuk urusan ini, kita bisa meneladani Rasulullah saw yang tidak hanya memerintahkan umatnya untuk bersegera membayar hutang, mengurus janazah, atau berdakwah Dalam hal ini Nabi SAW bersabda: “Tidaklah kedua kaki seorang hamba itu melangkah sebelum ditanya tentang empat hal: tentang umur, untuk apa dihabiskan? Tentang (kesehatan) fisik, untuk dipergunakan? Tentang harta, darimana diperoleh? Dan Untuk apa dibelanjakan? Dan tentang ilmu, apakah sudah diamalkan?” (HR. al-Turmudzi dan al-Thabarani).
Driser, yuk kita belajar mengoptimasi waktu agar bernilai keberkahan dan bikin hidup lebih hidup. Mulailah belajar mengerjakan aktivitas berdasarkan skala prioritas. Pilah kegiatan yang penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, dan tidak penting tidak mendesak. Lalu buat daftar kegiatan yang diutamakan.
Dengan begitu, waktu akan membantumu tunaikan kewajiban meraih keberkahan. Bukan malah membunuhmu dengan kegiatan yang minim manfaat dan cenderung maksiat. Hati-hati! [341